Data WHO tahun 2000 mengenai epidemiologi rinitis alergi di Amerika Utara dan Eropa Barat, terjadi peningkatan prevalensi rinitis alergi dari 13-16% menjadi 23-28% dalam 10 tahun terakhir. Pada penderita rinitis alergi, lebih dari separuh penderita telah mengalami gejala selama lebih dari 10 tahun. Rinitis alergi memiliki efek besar pada kualitas hidup, pola tidur, kinerja sekolah, dan produktivitas pasien. Rinitis alergi berasosiasi kuat dengan kondisi lain seperti asma. Prevalensi penyakit ini meningkat di negara maju.
Prevalensi rinitis alergi di Indonesia sendiri mencapai 1,5-12,4% dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pengobatan rinitis alergi secara konvensional dibagi menjadi tiga kategori: kontrol lingkungan, obat-obatan, dan imunoterapi serta pembedahan oleh Dokter ahli THT-KL, jika terjadi komplikasi atau tidak ada respon pada terapi konservatif.
Terapi medikamentosa rinitis alergi tentu saja memiliki efek samping jika dipakai dalam jangka panjang, sehingga perlu adanya terapi penunjang seperti terapi herbal, misalnya teh hijau.
Saat ini, masyarakat Asia termasuk Indonesia mempercayai bahwa teh hijau mengandung zat yang berguna untuk pencegahan dan penyembuhan berbagai jenis penyakit antara lain sebagai antikarsinogenik, antioksidatif, antihipertensi, antihiperkolesterolemia, antikaries gigi, antibakterial, dan imunomodulator atau antialergi.
Hasil penelitian oleh Maeda-Yamamoto menemukan bahwa teh hijau bermanfaat sebagai antialergi, diduga karena daun teh hijau mengandung senyawa aktif yang dipercaya untuk bertanggung jawab dalam memberikan kontribusi positif bagi kesehatan manusia, yaitu polifenol. Polifenol ialah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibanding dengan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibanding dengan vitamin E. Selain itu, diduga polifenol teh hijau juga mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi dan antialergi dengan komponen polifenolnya yakni epigallocatechingallate (EGCG).
Indonesia satu diantara negara yang kaya akan tumbuhan herbal, sehingga merupakan modal berharga yang patut dieksplorasi lebih luas mengenai tumbuhan yang dapat dijadikan terapi herbal khususnya teh hijau yang mempunyai komponen polifenol EGCG yang dari beberapa penelitian berpotensi dalam penanganan rinitis alergi
Rinitis alergi, penyebab utama kedua penyakit kronis di Amerika Serikat, mempengaruhi hingga 60 juta orang Amerika, sekitar satu orang diantara empat orang anggota keluarga. Di Amerika Serikat, 2009 National Health Interview Survey yang diselenggarakan oleh Centers for DiseaseControl melaporkan bahwa 17,7 juta orang dewasa atau 7,8% dari responden yang disurvei telah didiagnosis dengan rinitis alergi pada 12 bulan terakhir, lebih dari 7 juta anak dilaporkan rinitis alergi. Prevalensi rinitis alergi di Indonesia sendiri mencapai 1,5-12,4% dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada penderita rinitis alergi, lebih dari separuh penderita telah mengalami gejala selama lebih dari 10 tahun. Rinitis alergi memiliki efek besar pada kualitas hidup, pola tidur, kinerja sekolah, dan produktivitas pasien. Rinitis alergi berasosiasi kuat dengan kondisi lain seperti asma.
Pengobatan rinitis alergi secara konvensional dibagi menjadi tiga kategori: kontrol lingkungan, obat-obatan, dan imunoterapi. Dokter ahli THT-KL, patut mengkaji mengenai terapi bedah pada penanganan rinitis alergi pada komplikasi rinitis alergi seperti kolaps katup nasi, deviasi septum, spurs septum, hipertrofi adenoid, polip nasi, dan sinusitis kronis. Terapi medikamentosa rinitis alergi tentu saja memiliki efek samping jika dipakai dalam jangka panjang, sehingga perlu adanya terapi penunjang seperti terapi herbal, misalnya teh hijau.
Saat ini, masyarakat Asia termasuk Indonesia mempercayai bahwa teh hijau mengandung zat yang berguna untuk pencegahan dan penyembuhan berbagai jenis penyakit antara lain sebagai antikarsinogenik, antimetastatik, antioksidatif, antihipertensi, antihiperkolesterolemia, antikaries gigi, antibakterial, dan imunomodulator atau antialergi. Hasil penelitian oleh Maeda-Yamamoto menemukan bahwa teh hijau bermanfaat sebagai antialergi, diduga karena daun teh hijau mengandung senyawa aktif yang dipercaya untuk bertanggung jawab dalam memberikan kontribusi positif bagi kesehatan manusia, yaitu polifenol. Polifenol ialah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibanding dengan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibanding dengan vitamin E.
Selain itu, diduga polifenol teh hijau juga mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi dan antialergi dengan komponen polifenolnya yakni epigallocatechingallate (EGCG). Indonesia satu diantara negara yang kaya akan tumbuhan herbal, khususnya teh hijau yang mempunyai komponen polifenol EGCG yang dari beberapa penelitian berpotensi dalam penanganan rinitis alergi.
Konsumsi teh hijau yang dianjurkan dari berbagai literatur secara garis besar minum 3 cangkir green tea sachet (tea bag) sehari, diminum sebelum atau sesudah makan dengan jarak minimal 1-2 jam dengan suhu sekitar 80 derajat, dengan diseduh 5-10 menit. Sebaiknya jangan dikonsumsi dengan gula, atau tambahkan madu supaya lebih berkhasiat, atau dengan perasa lemon.
Artikel ini di tulis oleh Bhef Harmoni Love kamu juga
bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta
rupiah setiap bulannya, Daftar Sekarang
Sincery SHARE-BERITAVIRAL-INDONESIA.BLOGSPOT.COM
SRC: https://www.ucnews.id/news/Efek-Green-Tea-untuk-Rinitis-Alergi/1785516812394546.html