Tidur larut tak hanya buruk bagi kesehatan fisik, namun juga psikologi, di mana dapat memicu depresi. Sebuah studi baru yang diterbitkan di The Lancet Psychiatry mengatakan jam alami Anda yang terganggu bisa meningkatkan risiko masalah suasana hati hingga 10 persen.
Studi yang dipublikasi University of Glasgow tersebut memelajari 91.105 orang dewasa berusia 37-73 tahun dengan menggunakan monitor aktivitas untuk melihat kapan mereka paling aktif.
Orang-orang yang lebih aktif pada larut malam, dibandingkan pada siang hari, dianggap telah mengalami gangguan ritme sirkadian.
Mereka menemukan bahwa orang yang lebih aktif di malam hari adalah antara 6 dan 10 persen lebih mungkin didiagnosis dengan gangguan suasana hati seperti depresi atau gangguan bipolar.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa para manusia 'burung hantu' tersebut cenderung lebih sepi dan lebih tidak bahagia.
(Tidur larut tak hanya buruk bagi kesehatan fisik, namun juga psikologi, di mana dapat memicu depresi. Foto: Warren Wong/Unsplash.com)
Penting untuk dicatat bahwa penelitian tersebut tidak mengatakan bahwa begadang semalaman menyebabkan depresi, hanya saja keduanya terkait.
Psikiater Daniel Smith, rekan penulis studi tersebut, percaya bahwa para ilmuwan harus lebih memerhatikan hubungan antara ritme sirkadian dan depresi.
"Studi ini memberi tahu kita bahwa jam tubuh sangat penting untuk gangguan suasana hati dan harus diberikan prioritas lebih besar dalam penelitian dan dalam cara kita mengatur masyarakat," katanya kepada BBC.
Meskipun masih belum pasti bahwa menjadi orang malam itu buruk bagi kesehatan mental, ada banyak penelitian tentang manfaat menjadi orang pagi.
Orang yang bangun lebih awal dan sarapan lebih seimbang cenderung tidak menunda, dan lebih berhasil di tempat kerja.
Sincery SHARE-BERITAVIRAL-INDONESIA.BLOGSPOT.COM
SRC: https://www.msn.com/id-id/kesehatan/healthstressless/kebiasaan-melek-di-malam-hari-tingkatkan-risiko-depresi/ar-AAynPMZ
powered by Blogger Image Poster